Usai Setelah Disidang Munaqosah oleh 4 Dosen Fakultas Ushuluddin, Rahmat Topik Dinyatakan Lulus S-1

oleh -199 Dilihat
oleh

Poltamnews.com||KOTA METRO –  Perjuangan panjang mahasiswa bernama Rahmat Topik menyelesaikan program studi Strata Satu (S-1) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di IAIN Metro akhirnya berhasil diselesaikan dengan baik setelah mengikuti Ujian Munaqosah di ruang Munaqosah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Metro pada Kamis, (29/12/2022) pukul 14.00 Wib.

Rahmat Topik dinyatakan lulus setelah disidang munaqosah oleh 4 Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Metro. Empat (4) Dosen diantaranya dipimpin oleh Ketua Sidang Munaqosah Dr. Wahyudin,S.Ag., M.Phil,
Penguji I Dr. Astuti Patminingsih, M.Sos.I, Penguji II Hamdi Abdul Karim,S.IQ.,M.Pd.I dan Sekretaris Ririn Jamiah.M.I.Kom.

Ujian Munaqosah ini wajib diikuti seluruh Mahasiswa/i IAIN Metro untuk
menyandang gelar sarjana. Pada sidang yang dilaksanakan oleh peneliti atas nama Rahmat Topik jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dengan judul skripsi “Strategi Komunikasi Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia (AWPI) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kota Metro Dalam Menanggulangi Keberadaan Wartawan Bodrex ”.

Menurut Rahmat Topik Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin, Arab dan Dakwah (FUAD) IAIN Metro mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak/ibu dan teman-teman seangkatan jurusan KPI.

“Alhamdulillah, atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan selama ini oleh Dosen Pembimbing Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) beserta teman- teman jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Pada hari ini saya Rahmat Topik, NPM 1703060089 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) telah selesai mengikuti sidang munaqosah dan saya mengucapkan terima kasih atas doa nya sehingga proses sidang munaqosah berjalan dengan lancar,” ucap Rahmat Topik yang juga Wakil Sekretaris DPC AWPI Metro kepada Wartawan.

Menanggapi judul skripsi yang dirasa menarik untuk dipublish ke publik. Wakil Sekretaris DPC AWPI Metro menyampaikan bahwa, Era kebebasan pers dan kemerdekaan pers telah mewarnai kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada era informasi seperti sekarang, profesi wartawan dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik sering dipandang meresahkan di kalangan masyarakat.

Potensi konflik masyarakat dengan wartawan pun kerap terjadi di kabupaten/kota. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai tupoksi wartawan yang sebenarnya.
Ketidaktahuan masyarakat tentang wartawan menyebabkan terjadinya gesekan diantara kedua belah pihak.

Lebih lanjut dikatakannya, Akibatnya, muncul kesalahan persepsi tentang profesi wartawan ini, dan seringkali dinilai sangat negatif karena ulah sejumlah oknum media tersebut. Masyarakat sering kali menjadi korban pemerasan dari orang-orang yang mengaku sebagai wartawan. Mereka diperas dan menjadi korban karena ketidak tahuannya tentang media massa.

Menurut pengertian, profesi wartawan atau jurnalis adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran lainnya.

Profesi wartawan meskipun secara pengertian telah dijelaskan namun ketidakpahaman akan profesi ini kerap menjadikan masyarakat sebagai korban praktik oknum yang mengaku wartawan. Dalam masyarakat selama ini dikenal istilah Wartawan Bodrex atau Wartawan Gadungan. Wartawan Gadungan atau Wartawan Bodrex tentu saja bukanlah wartawan dalam arti sebenarnya.

Wartawan bodrex adalah wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala. Padahal bodrex sebenarnya adalah obat meredakan sakit kepala. Wartawan ini biasanya berkelompok minimal lima sampai puluhan orang.

Istilah wartawan Bodrex muncul sekitar tahun 1980-an. Mereka rata-rata tidak memiliki surat kabar alias wartawan tanpa surat kabar, atau terbitnya tak jelas. Arti disebut Bodrex, lantaran selalu beramai-ramai jika mendatangi narasumber.Tujuannya hanya satu yaitu memeras narasumber untuk mendapatkan amplop uang. Sasaran Wartawan Bodrex untuk dipalak, biasanya pejabat di lingkungan Pemda seperti Kasi, Kabid, Kepala Dinas, lurah atau kepala sekolah.

Pratik menyamar, memeras dan mengancam yang dilakukan oleh wartawan bodrek saat menjalankan aksi dalam profesi yang dilakoni bertolak belakang dengan pedoman UU Pers No. 40 tahun 1999 tentang profesi jurnalistik yaitu Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Wartawan bodrex sudah menjadi sebuah kata yang memiliki makna tersendiri pada masyarakat jurnalistik. Sejarah wartawan bodrex sendiri berasal dari obat sakit kepala pada 1980 yang menjadi sebuah iklan di televisi.

Kata “bodrex” ialah sebuah kata yang mencerminkan sakit kepala yang ditimbulkan oleh wartawan karena ulahnya yang dianggap meresahkan. Kata ini sudah menjadi kata yang sering diperbincangan oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya pada masyarakat jurnalistik.

Pertumbuhan wartawan bodrex yang semakin menjamur dalam dunia jurnalistik tidak terlepas dari institusi pers tidak mampu mengatasi kemiskinan dalam dunia jurnalistik. Persaingan dunia kerja yang semakin kompleks dan keahlian yang kurang memadai menjadikan individu mengalami sebuah dilema akan pekerjaan dan bertahan hidup.

“Oleh karena itu, terdapat sejumlah organisasi pers di Indonesia, yang tidak lain adalah memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pers itu sendiri. Salah satu organisasi pers yang ada di Kota Metro yakni AWPI DPC Kota Metro,” tuturnya.

Ia menambahkan, Organisasi profesi AWPI DPC Kota Metro ini selain diharapkan bisa menjadi wadah bagi para wartawan juga mengemban misi salah satunya menjaga marwah jurnalisme dengan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.

“Untuk mencapai itu, maka ada sebuah strategi komunikasi yang dirancang dan dipilih oleh AWPI DPC Kota Metro.
Strategi komunikasi dianggap penting dalam upaya menyampaikan informasi baik berupa sosialisasi, materi dan lainnya dalam mencegah ataupun meminimalisir akan terjadinya pratik wartawan bodrex di Bumi Sai Wawai ini,” pungkasnya. (Red_Asril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *